Istilah Aremania Bondho Dhuwek
Musim ke-13 (1994) menandai berakhirnya kompetisi Galatama. Pelita Jaya keluar sebagai juara dengan Ansyari Lubis sebagai pemain paling produktif dengan 19 gol. Pada musim terakhir ini, Arema bersaing di papan tengah Grup Timur. Arema berada di posisi ke-6 dari delapan tim.
Aswar Anas, yang menjabat Ketua PSSI pada 1990 hingga 1999, membuat terobosan dengan menggabungkan dua kompetisi yang ada yakni Galatama dan Perserikatan. Gabungan dua kompetisi itu berlabel Liga Indonesia.
Perubahan yang dibuat PSSI tidak membuat eksistensi Arema luntur. Arema ambil bagian pada musim perdana Liga Indonesia 1994 (Liga Dunhill) dan bersaing di Grup Timur. Pada klasemen akhir, Arema berada di posisi ke-6 dan mengumpulkan 52 poin. Pada musim ini, Persib Bandung menjadi juara.
Pada era Liga Indonesia, prestasi Arema tidak bisa dikatakan buruk. Capaian terbaik Arema terjadi pada musim 1996-1997. Ketika itu, Arema lolos ke babak 12 Besar usai menjadi peringkat ketika Grup Barat.
Namun, langkah Arema terhenti pada babak 12 Besar. Bersaing di Grup C bersama PSM Makassar, Pelita Mastrans, dan Persipura Jayapura, Arema hanya mampu berada di posisi ketiga. Pada kompetisi musim 1996/1997, gelar juara diraih oleh Persebaya Surabaya.
Arema memiliki wadah untuk suporter mereka yang diberi nama Arema Fans Club (AFC). Namun, perlahan arah angin berubah. Pada Galatama musim 1994, Arema krisis finansial. Namun, menurut penelitian Faishal Hilmy Maulida, lewat penelitian berjudul 'Gangster, Music, and Aremania: Modernity and The Dynamics of Arek Malang to Defend the Existence 1970-2000' , Arema mampu melanjutkan kompetisi hingga usai berkat usaha keras para pengurus dan fans.
Semenjak itu muncul istilah bondho dhuwek (modal uang). Muncul kesadaran secara kolektif di kalangan fans Arema untuk membeli tiket. Mereka menyadari bahwa klub tidak disokong APBD dan pendapatan dari tiket punya arti yang penting. Fans Arema yang ingin menonton ke stadion harus membeli tiket.
Terkait nama Aremania untuk menyebut fans Arema, Ovan Tobing punya peran yang penting. Salah satu pendiri Arema itu, menyebut kata Aremania ada pada jaket yang dia pakai pada 4 September 1994 saat menyaksikan Arema bertanding. Kata Aremania terukir di bagian belakang jaket Ovan Tobing.
Sementara, walau sudah muncul sejak 1994, menurut Lukman Hakim, kata Aremania menjadi lebih populer pada 1997. Ketika itu, penyebutan Aremania sudah dipakai secara kolektif. Dari situ, Aremania terus berkembang dan tetap eksis hingga sekarang. Aremania sejak awal tidak memiliki struktur atau pemimpin formal.
Posting Komentar untuk "Istilah Aremania Bondho Dhuwek"